Ebiet G. Ade:
Seraut Wajah
:Wajah
yang selalu dilumuri senyum
:legam tersengat terik matahari
:Keperkasaannya tak memudar
:terbaca dari garis-garis di dagu
:Waktu telah menggilas semuanya
:Ia tinggal punya jiwa
:Pengorbanan yang tak sia-sia
:untuk negeri yang dicintai, dikasihi
:Tangan dan kaki rela kau serahkan
:Darah, keringat rela kau cucurkan
:Bukan hanya untuk ukir namamu
:Ikhlas demi langit bumi
:bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah
:Wajah yang tak pernah mengeluh
:Tegar dalam sikap sempurna,
:pantang menyerah
:Tangan dan kaki rela kau serahkan
:Darah, keringat rela kau cucurkan
:Bukan hanya untuk ukir namamu
:Ikhlas demi langit bumi
:bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah
:Merah merdeka, putih merdeka, warna merdeka
:legam tersengat terik matahari
:Keperkasaannya tak memudar
:terbaca dari garis-garis di dagu
:Waktu telah menggilas semuanya
:Ia tinggal punya jiwa
:Pengorbanan yang tak sia-sia
:untuk negeri yang dicintai, dikasihi
:Tangan dan kaki rela kau serahkan
:Darah, keringat rela kau cucurkan
:Bukan hanya untuk ukir namamu
:Ikhlas demi langit bumi
:bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah
:Wajah yang tak pernah mengeluh
:Tegar dalam sikap sempurna,
:pantang menyerah
:Tangan dan kaki rela kau serahkan
:Darah, keringat rela kau cucurkan
:Bukan hanya untuk ukir namamu
:Ikhlas demi langit bumi
:bersumpah mempertahankan setiap jengkal tanah
:Merah merdeka, putih merdeka, warna merdeka
Ebiet G. Ade: Nyanyian Kasmaran
:Sejak
engkau bertemu lelaki bermata lembut
:ada yang tersentak dari dalam dadamu
:Kau menyendiri duduk dalam gelap
:bersenandung nyanyian kasmaran
:dan tersenyum entah untuk siapa
:Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
:Kau pahat langit dengan angan-angan
:Kau ukir malam dengan bayang-bayang
:Jangan hanya diam kau simpan dalam duduk termenung
:Malam yang kau sapa lewat tanpa jawab
:Bersikaplah jujur dan terbuka
:Tumpahkanlah perasaan yang sarat
:dengan cinta yang panas bergelora
:Barangkali takdir tengah bicara
:Ia diperuntukkan buatmu
:dan pandangan matanya memang buatmu
:du du du du du du du du du du du du du du du du
:Mengapa harus sembunyi dari kenyataan?
:Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
:Bergegaslah bangun dari mimpi
:atau engkau akan kehilangan
:keindahan yang tengah engkau genggam
:Anggap saja takdir tengah bicara
:Ia datang dari langit buatmu
:dan pandangan matanya khusus buatmu
:du du du du du du du du du du du du du
:ada yang tersentak dari dalam dadamu
:Kau menyendiri duduk dalam gelap
:bersenandung nyanyian kasmaran
:dan tersenyum entah untuk siapa
:Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
:Kau pahat langit dengan angan-angan
:Kau ukir malam dengan bayang-bayang
:Jangan hanya diam kau simpan dalam duduk termenung
:Malam yang kau sapa lewat tanpa jawab
:Bersikaplah jujur dan terbuka
:Tumpahkanlah perasaan yang sarat
:dengan cinta yang panas bergelora
:Barangkali takdir tengah bicara
:Ia diperuntukkan buatmu
:dan pandangan matanya memang buatmu
:du du du du du du du du du du du du du du du du
:Mengapa harus sembunyi dari kenyataan?
:Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
:Bergegaslah bangun dari mimpi
:atau engkau akan kehilangan
:keindahan yang tengah engkau genggam
:Anggap saja takdir tengah bicara
:Ia datang dari langit buatmu
:dan pandangan matanya khusus buatmu
:du du du du du du du du du du du du du
Ebiet G. Ade: Izinkan Aku Reguk CintaMu
Aku
bertasbih
Bukan hanya karena
Takut akan azab NerakaMu
Aku bertahmid
Bukan hanya karena
Ingin merebut nikmat surgaMu
Aku bertakbir
Seluruh jiwa dan raga
Karena sugguh mendambakanMu
MerindukanMu
MencintaiMu
Kekasihku
Izinkan aku
Membasahi sajadah
Bersimbah airmata
Dalam sujud
Oh... Engkaulah yang Maha Perkasa
Oh.. Engkaulah yang Maha Segalanya
Yaa Allah...
Yaa Rahman...
Yaa Rahim...
Yaa Karim...
Segala puji bagiMu
Izinkan aku
Runduk memohon ampun
Lafazkan taubat dan istighfar
Izinkan aku reguk CintaMu
Bukan hanya karena
Takut akan azab NerakaMu
Aku bertahmid
Bukan hanya karena
Ingin merebut nikmat surgaMu
Aku bertakbir
Seluruh jiwa dan raga
Karena sugguh mendambakanMu
MerindukanMu
MencintaiMu
Kekasihku
Izinkan aku
Membasahi sajadah
Bersimbah airmata
Dalam sujud
Oh... Engkaulah yang Maha Perkasa
Oh.. Engkaulah yang Maha Segalanya
Yaa Allah...
Yaa Rahman...
Yaa Rahim...
Yaa Karim...
Segala puji bagiMu
Izinkan aku
Runduk memohon ampun
Lafazkan taubat dan istighfar
Izinkan aku reguk CintaMu
Ebiet G. Ade:
Lagu Untuk Sebuah Nama
Mengapa
jiwaku mesti bergetar
sedang musik pun manis kudengar?
Mungkin karena kulihat lagi
lentik bulu matamu, bibirmu,
dan rambutmu yang kau biarkan
jatuh bergerai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta
Mengapa aku mesti duduk di sini
sedang kau tepat di depanku?
Mestinya aku berdiri berjalan ke depanmu,
kusapa, dan kunikmati wajahmu,
atau kuisyaratkan cinta
Tapi semua tak kulakukan
Kata orang cinta mesti berkorban
Mengapa dadaku mesti berguncang
bila kusebutkan namamu?
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku itu pasti
Tapi aku tak mau peduli
sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar kucumbui bayangmu
dan kusandarkan harapanku
sedang musik pun manis kudengar?
Mungkin karena kulihat lagi
lentik bulu matamu, bibirmu,
dan rambutmu yang kau biarkan
jatuh bergerai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta
Mengapa aku mesti duduk di sini
sedang kau tepat di depanku?
Mestinya aku berdiri berjalan ke depanmu,
kusapa, dan kunikmati wajahmu,
atau kuisyaratkan cinta
Tapi semua tak kulakukan
Kata orang cinta mesti berkorban
Mengapa dadaku mesti berguncang
bila kusebutkan namamu?
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku itu pasti
Tapi aku tak mau peduli
sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar kucumbui bayangmu
dan kusandarkan harapanku
Ebiet G. Ade:
Izinkan Aku Reguk CintaMu
Izinkan
Aku Reguk CintaMu
Aku bertasbih
Bukan hanya karena
Takut akan azab NerakaMu
Aku bertahmid
Bukan hanya karena
Ingin merebut nikmat surgaMu
Aku bertakbir
Seluruh jiwa dan raga
Karena sugguh mendambakanMu
MerindukanMu
MencintaiMu
Kekasihku
Izinkan aku
Membasahi sajadah
Bersimbah airmata
Dalam sujud
Oh... Engkaulah yang Maha Perkasa
Oh.. Engkaulah yang Maha Segalanya
Yaa Allah...
Yaa Rahman...
Yaa Rahim...
Yaa Karim...
Segala puji bagiMu
Izinkan aku
Runduk memohon ampun
Lafazkan taubat dan istighfar
Izinkan aku reguk CintaMu
Aku bertasbih
Bukan hanya karena
Takut akan azab NerakaMu
Aku bertahmid
Bukan hanya karena
Ingin merebut nikmat surgaMu
Aku bertakbir
Seluruh jiwa dan raga
Karena sugguh mendambakanMu
MerindukanMu
MencintaiMu
Kekasihku
Izinkan aku
Membasahi sajadah
Bersimbah airmata
Dalam sujud
Oh... Engkaulah yang Maha Perkasa
Oh.. Engkaulah yang Maha Segalanya
Yaa Allah...
Yaa Rahman...
Yaa Rahim...
Yaa Karim...
Segala puji bagiMu
Izinkan aku
Runduk memohon ampun
Lafazkan taubat dan istighfar
Izinkan aku reguk CintaMu
Ebiet G. Ade:Senandung Jatuh Cinta
Rambutmu
yang hitam panjang jatuh di bahu
Kadang luruh di ujung dagu bila engkau tertunduk
Jemari tanganmu lentik lembut memainkan gitar
Nampaknya rembulan pun terkesima
Lewat satu lagu tak usai kau nyanyikan
Perlahan kau tengadahkan wajah sibakkan rambutmu
Matamu tajam berbinar tembusi kegelapan malam
Burung gagak pun jadi enggan terbang
Sedetik 'ku tertegun dalam kesendirian
Gelap kelam membentang di depan mata
Burung-burung pipit, terbanglah menjauh
Kabarkan pada awan cerita ini:
"Aku lagi jatuh cinta
pada gadis kecil yang memainkan gitar,
pada gadis kecil yang memainkan gitar."
Ombak di laut, perdu di belantara
Kadang mampu menyatu dalam satu lagu
Begitu pun yang kuharap, dapat mempersempit jarak
sikapku dan sifat kekanakanmu
Sedetik 'ku tertegun dalam kesendirian
Gelap kelam membentang di depan mata
Burung-burung pipit, terbanglah menjauh
Kabarkan pada awan cerita ini:
"Aku lagi jatuh cinta
pada gadis kecil yang memainkan gitar,
pada gadis kecil yang memainkan gitar."
Kadang luruh di ujung dagu bila engkau tertunduk
Jemari tanganmu lentik lembut memainkan gitar
Nampaknya rembulan pun terkesima
Lewat satu lagu tak usai kau nyanyikan
Perlahan kau tengadahkan wajah sibakkan rambutmu
Matamu tajam berbinar tembusi kegelapan malam
Burung gagak pun jadi enggan terbang
Sedetik 'ku tertegun dalam kesendirian
Gelap kelam membentang di depan mata
Burung-burung pipit, terbanglah menjauh
Kabarkan pada awan cerita ini:
"Aku lagi jatuh cinta
pada gadis kecil yang memainkan gitar,
pada gadis kecil yang memainkan gitar."
Ombak di laut, perdu di belantara
Kadang mampu menyatu dalam satu lagu
Begitu pun yang kuharap, dapat mempersempit jarak
sikapku dan sifat kekanakanmu
Sedetik 'ku tertegun dalam kesendirian
Gelap kelam membentang di depan mata
Burung-burung pipit, terbanglah menjauh
Kabarkan pada awan cerita ini:
"Aku lagi jatuh cinta
pada gadis kecil yang memainkan gitar,
pada gadis kecil yang memainkan gitar."
Perjalanan
ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Ada Sisa
Sisa Suara
EBIT G ADE
Ada
sisa-sisa suara yang bergema dalam dada
Aku tak mendengar apapun, gemuruh di luar pintu,
ia terus mengejarku, ia terus menghatuiku
Mengendalikan seluruh gerak dan naluriku
Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku
Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
hu hu hu hu hu hu hu...
Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku
Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
ho ho ho ho ho ho ho...
Aku tak mendengar apapun, gemuruh di luar pintu,
ia terus mengejarku, ia terus menghatuiku
Mengendalikan seluruh gerak dan naluriku
Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku
Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
hu hu hu hu hu hu hu...
Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku
Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
ho ho ho ho ho ho ho...
Apakah
Ada Bedanya
EBIT
G ADE
Apakah
ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku
Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli
Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka
dengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui
Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku
Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli
Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka
Bingkai
Mimpi
EBIT
G ADE
Dalam
kepekatan mimpiku
wajahMu tersembunyi
Alam semesta, matahari, bintang, rembulan
Semua datang sujud buatMu
Menikam cinta paling dalam
Du du du du du du du
du du du du du
Dari sudut manakah gerangan
aku dapat segera mulai
melukiskan Engkau yang kasat mata namun ada
Bahkan mengalir dalam darah
Hidup t'lah kujanjikan buatmu
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kelancangan mimpiku
Dalam kesejukan nafasMu
aku khusyuk sembahyang
Barangkali dapat kutafsirkan makna firmanMu
Peluklah aku dalam damai,
siramilah dengan cinta
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kedangkalan mimpiku
Du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du
wajahMu tersembunyi
Alam semesta, matahari, bintang, rembulan
Semua datang sujud buatMu
Menikam cinta paling dalam
Du du du du du du du
du du du du du
Dari sudut manakah gerangan
aku dapat segera mulai
melukiskan Engkau yang kasat mata namun ada
Bahkan mengalir dalam darah
Hidup t'lah kujanjikan buatmu
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kelancangan mimpiku
Dalam kesejukan nafasMu
aku khusyuk sembahyang
Barangkali dapat kutafsirkan makna firmanMu
Peluklah aku dalam damai,
siramilah dengan cinta
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kedangkalan mimpiku
Du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du
Nasihat
Pengemis Untuk Istri
EBIT
G ADE
Istriku,
marilah kita tidur
Hari telah larut malam
Lagi sehari kita lewati
Meskipun nasib semakin tak pasti
Lihat anak kita tertidur menahankan lapar
Erat memeluk bantal dingin pinggiran jalan
Wajahnya kurus pucat, matanya dalam
Istriku, marilah kita berdoa
Sementara biarkan lapar terlupa
Seperti yang pernah ibu ajarkan
Tuhan bagi siapa saja
Meskipun kita pengemis pinggiran jalan
Doa kita pun pasti Ia dengarkan
Bila kita pasrah diri, tawakal
Esok hari perjalanan kita
Masih sangatlah panjang
Mari tidurlah, lupakan sejenak
Beban derita lepaskan
La la la la la la la la la
Dengarkanlah nyanyi
La la la la la la la la la
Dari seberang jalan
La la la la la la la la la
Usah kau tangisi
La la la la la la la la la
Nasib kita hari ini
Tuhan, selamatkan istri dan anakku
Hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki
Kepada yang berkuasa dan kenyang di tengah kelaparan
Oh, hindarkanlah mereka dari iri dan dengki
Kuatkanlah jiwa mereka
Bimbinglah di jalanMu, bimbinglah di jalanMu
Hari telah larut malam
Lagi sehari kita lewati
Meskipun nasib semakin tak pasti
Lihat anak kita tertidur menahankan lapar
Erat memeluk bantal dingin pinggiran jalan
Wajahnya kurus pucat, matanya dalam
Istriku, marilah kita berdoa
Sementara biarkan lapar terlupa
Seperti yang pernah ibu ajarkan
Tuhan bagi siapa saja
Meskipun kita pengemis pinggiran jalan
Doa kita pun pasti Ia dengarkan
Bila kita pasrah diri, tawakal
Esok hari perjalanan kita
Masih sangatlah panjang
Mari tidurlah, lupakan sejenak
Beban derita lepaskan
La la la la la la la la la
Dengarkanlah nyanyi
La la la la la la la la la
Dari seberang jalan
La la la la la la la la la
Usah kau tangisi
La la la la la la la la la
Nasib kita hari ini
Tuhan, selamatkan istri dan anakku
Hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki
Kepada yang berkuasa dan kenyang di tengah kelaparan
Oh, hindarkanlah mereka dari iri dan dengki
Kuatkanlah jiwa mereka
Bimbinglah di jalanMu, bimbinglah di jalanMu
Kupu-Kupu
Kertas
oleh: EBIT G ADE
Setiap
waktu engkau tersenyum
Sudut matamu memancarkan rasa
Keresahan yang terbenam
Kerinduan yang tertahan
Duka dalam yang tersembunyi
Jauh di lubuk hati
Kata katamu riuh mengalir bagai gerimis
Seperti angin tak pernah diam
Selalu beranjak setiap saat
Menebarkan jala asmara
Menaburkan aroma luka
Benih kebencian kau tanam
Bakar ladang gersang
Entah sampai kapan berhenti menipu diri
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Membasuh debu yang lekat dalam jiwa
Mencuci bersih dari segala kekotoran
Aku menunggu hujan turunlah
Aku mengharapkan badai datanglah
Gemuruhnya akan
Melumatkan semua kupu kupu kertas
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Sudut matamu memancarkan rasa
Keresahan yang terbenam
Kerinduan yang tertahan
Duka dalam yang tersembunyi
Jauh di lubuk hati
Kata katamu riuh mengalir bagai gerimis
Seperti angin tak pernah diam
Selalu beranjak setiap saat
Menebarkan jala asmara
Menaburkan aroma luka
Benih kebencian kau tanam
Bakar ladang gersang
Entah sampai kapan berhenti menipu diri
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Membasuh debu yang lekat dalam jiwa
Mencuci bersih dari segala kekotoran
Aku menunggu hujan turunlah
Aku mengharapkan badai datanglah
Gemuruhnya akan
Melumatkan semua kupu kupu kertas
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Kupu kupu kertas
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
Dibias lampu temaram
Menjaring
Matahari
OLEH
EBIT G ADE
Kabut,
sengajakah engkau mewakili pikiranku
Pekat, hitam beralat menyelimuti matahari
Aku dan semua yang ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam kelam
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan
Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kegalauan
Roda jaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup sangat diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat menolong
Selain yang di sana
Tak ada yang dapat membantu
Selain yang di sana
Dialah Tuhan
Dialah Tuhan
Oh, oh, oh Tuhan
Hmm, hmm, hmm Tuhan
Pekat, hitam beralat menyelimuti matahari
Aku dan semua yang ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam kelam
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan
Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kegalauan
Roda jaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup sangat diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat menolong
Selain yang di sana
Tak ada yang dapat membantu
Selain yang di sana
Dialah Tuhan
Dialah Tuhan
Oh, oh, oh Tuhan
Hmm, hmm, hmm Tuhan
Masih Ada
Waktu
OLEH
EBIT G ADE
Bila
masih mungkin kita menorehkan batin
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Hoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatanNya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung kita masih di beri waktu
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Hoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatanNya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung kita masih di beri waktu
Kalian
Dengarkan Keluhan
OLEH
EBIT G ADE
Dari
pintu ke pintu
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seakan hendak telanjangi
Dan kulit jiwaku
Apakah buku diri ini selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sorot mata yang lebih tajam dari matahari
Kemanakah sirnanya
Nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati
Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi 'tuk kembali
* D-ru *
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seakan hendak telanjangi
Dan kulit jiwaku
Apakah buku diri ini selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sorot mata yang lebih tajam dari matahari
Kemanakah sirnanya
Nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati
Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi 'tuk kembali
* D-ru *
Elegi
Esok Pagi
OLEH
EBIT G ADE
Izinkanlah
kukecup kenigmu
Bukan hanya ada didalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapati seikat kembang merah
Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Manyambut pagi membuang sepi
Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan oh oh oh oh....
Dan biarkan kumengerti
Apa yang tersimpan dimatamu oh oh.......
Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
Izinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu oh oh oh oh......
Dan biarkan ku bernyanyi
Demi hati yang risau ini oh oh......
Bukan hanya ada didalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapati seikat kembang merah
Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Manyambut pagi membuang sepi
Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan oh oh oh oh....
Dan biarkan kumengerti
Apa yang tersimpan dimatamu oh oh.......
Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
Izinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu oh oh oh oh......
Dan biarkan ku bernyanyi
Demi hati yang risau ini oh oh......
Untuk Kita Renungkan
OLEH
EBIT G ADE
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersihSuci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2x
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya 2x
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... oh
Berubahlah agar Dia tersenyum
Lirik Lagu Ebiet G Ade – Titip Rindu
Buat Ayah
Di
matamu masih tersimpan
selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat
di keningmu
Kau nampak tua dan lelah,
keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hmm ...
*courtesy of mojohoops.blogspot.com
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Di matamu masih tersimpan
selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat
di keningmu
Kau nampak tua dan lelah,
keringat mengucur deras
nnamun kau tetap tabah hmm ...
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam
dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu
gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar,
legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hmm ...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat
di keningmu
Kau nampak tua dan lelah,
keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hmm ...
*courtesy of mojohoops.blogspot.com
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Di matamu masih tersimpan
selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat
di keningmu
Kau nampak tua dan lelah,
keringat mengucur deras
nnamun kau tetap tabah hmm ...
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam
dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu
gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar,
legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hmm ...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Engkau
telah mengerti hitam
dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu
gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar,
legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu
gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar,
legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Cinta
Sebening Embun
OLEH
EBIT G ADE
Pernahkah engkau coba menerka
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Reff:
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun deras mengalir
cemerlang sebening embun
du du du du du du du du du du hu
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
ho ho hu hu hu hu hu hu
du du du du du du du du
du du du du du du du du
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Reff:
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun deras mengalir
cemerlang sebening embun
du du du du du du du du du du hu
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun mulai deras mengalir
cemerlang sebening embun
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
ho ho hu hu hu hu hu hu
du du du du du du du du
du du du du du du du du
Tidak ada komentar:
Posting Komentar